Give Me Everything – Pitbull Lyrics & Listen

Give Me Everything – Pitbull Lyrics & Listen

Sejarah Musik Keroncong


Asal-usul

Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Alat-alat musikkroncong2 Sejarah Musik Keroncong

Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-”pribumi”-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
  • sitar India
  • rebab
  • suling bambu
  • gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
  • gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
  • ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
  • ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
  • gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
  • biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;
  • flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
  • selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivariusdari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
  • kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amatidan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya;
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).

Jenis keroncong

Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahanabad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.
musik keroncong ilustrasi Sejarah Musik Keroncong

Perkembangan keroncong masa kini

Setelah mengalami evolusi yang panjang sejak kedatangan orang Portugis di Indonesia (1522) dan pemukiman para budak di daerah Kampung Tugu tahun 1661 , dan ini merupakan masa evolusi awal musik keroncong yang panjang (1661-1880), hampir dua abad lamanya, namun belum memperlihatkan identitas keroncong yang sebenarnya dengan suara crong-crong-crong, sehingga boleh dikatakan musik keroncong belum lahir tahun 1661-1880.
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880 hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun 1879 , di saat penemuan ukulele di Hawai  yang segera menjadi alat musik utama dalam keroncong (suaraukulele: crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).
Empat tahap masa perkembangan tersebut adalah[4]
(a) Masa tempo doeloe (1880-1920),
(b) Masa keroncong abadi (1920-1960), dan
(c) Masa keroncong modern (1960-2000), serta
(d) Masa keroncong millenium (2000-kini)

Masa tempo doeloe (1880-1920)

Ukulele ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, sehingga diperkirakan pada tahun berikutnya Keroncong baru menjelma pada tahun 1880, di daerah Tugu kemudian menyebar ke selatan daerah Kemayoran dan Gambir (lihat ada lagu Kemayoran dan Pasar Gambir, sekitar tahun 1913). Komedie Stamboel 1891-1903 lahir di Kota Pelabuhan Surabaya tahun 1891, berupa Pentas Gaya Instanbul, yang mengadakan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya lewat jalur kereta api maupun kapal api. Pada umumnya pertunjukan meliputi Cerita 1001 Malam (Arab) dan Cerita Eropa (Opera maupun Rakyat), termasuk Hikayat India dan Persia. Sebagai selingan, antar adegan maupun pembukaan, diperdengarkan musik mars, polka, gambus, dan keroncong. Khusus musik keroncong dikenal pada waktu itu Stambul I, Stambul II, dan Stambul III.
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung Tugu maupun Kusbini menyebut sebagai Keroncong Portugis, sedangkan Gesang menyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo, dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan rekaman Idris Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M. Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama, yang terdiri atas:

Stambul I:

Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A – B – A – B atau A – B – C – D (16 birama):
  • |I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
  • |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |
  • |I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |
  • |, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||

Stambul II:

Lagu ini misalnya Si Jampang, Jali-Jali, di mana masuk pada Akord IV sebagai ciri Stambul II dengan struktur A – B – A – C (16 birama):
  • |I . . . |. . . . |. . . . |IV, , , | (tanda . artinya tacet)
  • |, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |
  • |, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
  • |, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||

Stambul III:

Lagu ini misalnya Kemayoran, di mana mirip dengan Keroncong A sli sehingga sering salah diucapkan dengan Kr. Kemayoran, yang seharusnya Stambul III Kemayoran, dengan struktur Prelude – A – Interlude – B – C (16 birama):
  • Pr|I , , , |, , , , | Prelude 2 birama
  • A1|, , , , |, , , , |
  • A2|II#, , ,|V7, , , | Modulasi 2 birama
  • In|, , , , |IV, , , | Interlude 2 birama
  • B1|, , , , |I , , , |
  • B2|V7, , , |I , , , |
  • C1|, , , , |, , , , |
  • C2|V7, , , |I , , , ||
Musiq Losquin Bugis: Dari periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar bentuk keroncong khas yang dikenal sebagai musiq losquin Bugis, misalnya lagu Ongkona Arumpone yang dinyanyikan oleh Sukaenah B. Salamaki. Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tapi dengan melodi guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh de Fretes dari Ambon. Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis kesamaan dengan Orkes Keroncong Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir) – Orkes Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas) – Losquin Bugis (Ongkona Arumpone) – Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu gaya era tempo doeloe dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello dan dengan guitar melodi yang kental.

Masa keroncong abadi (1920-1960)

Pada masa ini panjang lagu telah berubah menjadi 32 birama, akibat pengaruh musik pop Amerika yang melanda lantai dansa di Hotel2 Indonesia pada waktu itu, dengan musisi didominasi dari Filipina (spt Pablo, Sambayon, dll), dan berakibat juga lagu pada waktu itu telah 32 birama juga, perhatikan lagu Indonesia Raya (1924) pada waktu itu juga sudah 32 birama. Selanjutnya pusat perkembangan beralih ke Solo dan iramanya juga lebih lamban (sekitar 80 untuk seperempat nada). Masa ini lahir para musisi Solo spt Gesang. Lagu Keroncong Abadi terdiri atas:

Langgam Keroncong:

Bentuk lagu langgam ada dua versi. Yang pertama A – A – B – A dengan pengulangan dari bagian A kedua seperti lagu standar pop: Verse A – Verse A – Bridge B – Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku, namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas diekspresikan. Penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu non keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap dinamakan langgam. Alur akord-nya sebagai berikut:
  • Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
  • Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
  • Bridge B |I7 , , , |IV , , , | IV , V , | I , , , | I , , , | II# , , , | II# , , , | V , , ,|
  • Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |

Stambul Keroncong:

Stambul Keroncong berbentuk (A-B-A-B’) x 2 = 16 birama x 2 = 32 birama, merupakan modifikasi Stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama (menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama Komedi stambul. Nama “stambul” diambil dariIstambul di Turki.
Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda – adalah tacet atau iringan tidak dibunyikan):
  • |I – - – | – - – - | – - – - |IV , , , | dibuka dg broken chord I utk mencari nada
  • |IV , , , |IV , , , |IV , V ,|I , , , |
  • |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
  • |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
  • |I , , , |I , , , |I , , , |IV , , , | 16 birama ini pengulangan dari 16 birama pertama atau sama
  • |IV , , , |IV , , , |IV , V , |I , , , |
  • |I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
  • |V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |

Keroncong Asli

Keroncong asli memiliki bentuk lagu A – B – B’. Lagu terdiri atas 8 baris, 8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude, atau intro yang diambil dari baris 7 (B3) mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar; dan tussenspel atau interludeatau intermezzo di tengah-tengah setelah modulasi/modulatie/modulation yang standar untuk semua keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:
  • Pr |V , , , |I , I7 , |IV , V7 , |I , , , | Prelude 4 birama diambil dari baris ke-7 (B3)
  • (A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
  • (A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | Modulasi merupakan ciri keroncong asli sebanyak 4 birama
  • In |V , , , | V , , , | V , , , |IV , , , | Interlude 4 birama untuk semua lagu menjadi standar
  • (B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
  • (B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
  • (B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
  • (B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |
Kadensa Keroncong Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni sebagai penutup pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Pada Masa Keroncong Abadi dikenal rangkaian penutup I7-IV-V7-I.
  1. Kadensa dengan rangkaian V7-I disebut sebagai Kadensa Sempurna, karena sempurna menutup rangkaian tersebut dan terasa berhenti sempurna.
  2. Tetapi kalau akord X-V7 menjadi akhir rangaian, maka disebut Kadensa Tidak Sempurna atau Setengah Kadensa, misalnya rangkaian Super Tonik – Dominan Septim.
  3. Kalau rangkaian harmoni diakhiri pada X-VI, maka disebut Kadensa Terputus, misalnya Doninan Septim – Submedian.
  4. Dalam rangkaian IV-I disebut Kadensa Plagal, mempunyai sifat sendu seperti kalau kita mengucap “Amin” dalam salat.
  5. Lagu kunci minor ditutup pada kunci mayor, disebut Tierce de Piecardy, jadi sebenarnya bukan kadensa, namun biasanya dipakai dalam akhir lagu
  6. Kadensa Keroncong, khusus dikembangkan dalam musik keroncong, yaitu rangkaian harmoni I7-IV-V7-I
Ismail Marzuki (1914-1958) Komponis Ismail Marzuki termasuk hidup dalam Era Keroncong Abadi, namun lagu-lagunya sangat modern pada zamannya, misalnya Sepasang Mata Bola ditulis dalam kunci minor sehingga dapat dinyanyikan dengan iringan keroncong seperti keroncong beat (1958).
Gambang Keromong Gambang Keromong adalah salah satu gaya keroncong yang dikembangkan oleh Etnis Tionghoa (gambang adalah alat musik bilah kayu seperti marimba, sedangkan keromong adalah istilah lain dari kempul) yang dikembangkan sekitar tahun 1922 di Kemayoran Jakarta (tanjidor), namun kemudian berkembang di Semarang sekitar tahun 1949 (ingat lagu Gambang Semarang – Oey Yok Siang). Sebenarnya Gambang Keromong yang lahir di Masa Keroncong Abadi 1920-1960 adalah cikal bakal Campursari yang lahir pada Masa Keroncong Modern.
Masa Keemasan (The Golden Age). Pada tahun 1952, Radio Republik Indonesia (RRI) menyelenggarakan perlombaan Bintang Radio dengan 3 jenis, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari Keroncong Abadi (1920-1960) ini merupakan Masa Keemasan (Golden Age) bagi musik keroncong.

Masa keroncong modern (1960-2000)

Perkembangan keroncong masih di daerah Solo dan sekitarnya, namun muncul berbagai gaya baru yang berbeda dengan Masa Keroncong Abadi (termasuk musisinya), dan merupakan pembaruan sesuai dengan lingkungannya.
Mulai Masa keroncong modern (1960-2000) semua aturan baku (pakem) Musik Keroncong tidak berlaku, karena mengikuti aturan baku (pakem) Musik Pop yang berlaku universal, misalnya tangga nada minormoda pentatonis Jawa/Cina, rangkaian harmoni diatonik dan kromatikakord disonan, sifat politonal atau atonal (pada campursari), tidak megenal lagi pakem bentuk keroncong asli atau stambul, ada iramanuansa dangdut (congdut), mulai tahun 1998 musik rap mulai masuk (Bondan Prakoso), dlsb.

Langgam Jawa

Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam Jawa, yang berbeda dari langgam yang dimaksud di sini. Langgam Jawa memiliki ciri khusus pada penambahan instrumen antara lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala kendang), saron, dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa instrumen untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1968 Langgam Jawa berkembang menjadi Campursari.
Umumnya mempunyai struktur lagu pop yaitu A – A – B – A atau juga A – B – C – D dangan jumlah 32 birama. Lagu Langgam Jawa yang terkenal di tahun 1958 adalah ciptaan Anjar Any (1936-2008): Yen Ing Tawang Ana Lintang (Tawang dalam Bahasa Jawa berarti: awang-awang, langit, dan makna lain nama suatu desa di Magetan, Kalau di Langit Ada Bintang). Langgam Jawa menjadi terkenal oleh Waljinah yang pernah sebagai juara tingkat sekolah SMP di RRI Solo tahun 1958.

Keroncong Beat

Dimulai oleh Yayasan Tetap Segar pimpinan Rudy Pirngadie, di Jakarta pada tahun 1959 dan bisa mengiringi lagu barat pop (mau melangkah lebih bersifat universal). Pada waktu itu Idris Sardi ikut tur ke New York World’s Fair Amerika Serikat dengan biola tahun 1964 dengan maksud mau memperkenalkan lagu pop barat (I left my heart in San Fransico, pada waktu itu tahun 1964 lagu ini merupakan salah satu hit di dunia) dengan iringan keroncong beat, namun dia kena denda melanggar hak cipta akibat tanpa izin.
Dengan Keroncong Beat maka berbagai lagu (bukan dengan rangkaian harmoni keroncong, termsuk kunci Minor) dapat dinyanyikan seperti La Paloma, Monalisa, Widuri, Mawar Berduri, dll.

Campur Sari

Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari. Bahkan Bupati Sukoharjo ikut meramaikan bursa campursari.

Keroncong Koes-Plus

Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris Combine form) antara Stambul II dan langgam Keroncong.
Seandainya band rock Indonesia bisa mengikuti jejak Koes-Plus untuk melestarikan budaya sendiri seperti keroncong, maka betapa indah musik rock Indonesia dapat ngetop dengan irama kampung halaman, berarti musik keroncong jangan mati (ucapan Gesang). Mudah-mudahan Mbah, generasi muda Indonesia dapat melanjutkan musik keroncong .

Keroncong Dangdut (Congdut)

Keroncong dangdut (Congdut) adalah jawaban atas derasnya pengaruh musik dangdut dalam musik populer di Indonesia sejak 1980-an. Seiring dengan menguatnya campur sari di pentas musik populer etnis Jawa, sejumlah musisi, konon dimulai dari Surakarta, memasukkan unsur beat dangdut ke dalam lagu-lagu langgam Jawa klasik maupun baru. Didi Kempot adalah tokoh utama gerakan pembaruan ini. Lagu-lagu yang terkenal antara lain Stasiun Balapan, Sewu Kuto.
Masa Kejayaan Musik Keroncong. Pada Masa Keroncong Modern adalah Masa Kejayaan Musik Keroncong, di mana terdengar di mana-mana musik Langgam Jawa, Keroncong Beat, Campursari, koes Plus dan terakhir dengan Congdut dari Didi Kempot, hingga ke Suriname dan Belanda (2004-2008). Rupa-rupanya ini merupakan puncak kejayaan Musik Keroncong, sehingga Gesang khawatir bahwa Keroncong Akan Mati (2008, ucapan beliau sebelum wafat).

Masa keroncong millenium (2000-kini)

Walaupun musik keroncong di era millenium (tahun 2000-an) belum menjadi bagian dari industri musik pop Indonesia, tetapi beberapa pihak masih mengapresiasi musik keroncong. Kelompok musik Keroncong Merah Putih[5], kelompok keroncong berbasis Bandung masih cukup aktif melakukan pertunjukan. Selain itu, Bondan Prakoso dan grupnya Bondan Prakoso & Fade 2 Black, menciptakan komposisi berjudul “Keroncong Bondol” yang berhasil memadukan musik gaya rap dengan musik latar belakang irama keroncong. Di tahun 2008 @ Solo International Keroncong Festival, Harmony Chinese Music Group membuat suasana lain dengan memasukan unsur alat musik tradisional Tionghoa dan menamainya sebagai Keroncong Mandarin [6].

Tokoh keroncong

Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintahJepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah(lagu)|Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki “Buaya Keroncong” oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL (1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir) sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Solo (MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Asal muasal sebutan “Buaya Keroncong” untuk Gesang berkisar pada lagu ciptaannya, “Bengawan Solo”. Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai “Buaya Keroncong”.
Di sisi lain nama Anjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waljinah (Solo), sedangkan R. Pirngadie(Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul, Yogyakarta) untuk Campursari dan Koe Plus (Solo/Jakarta) untuk Keroncong Rock, serta Didi Kempot (Ngawi) untuk Congdut.

Referensi

  1. ^ Masyarakat Toegoe, komunitas keturunan Portugis di pinggiran Jakarta http://www.krontjongtoegoe.com/
  2. ^ “Ukulele History” http://www.sheetmusicdigital.com/ukulelehistory.asp
  3. ^ “A Little history of Ukulele” http://www.geocities.com/~ukulele/history.html
  4. ^ Sunaryo Joyopuspito, MUSIK KERONCONG: Suatu Analisis Berdasarkan Teori Musik, Bina Musik Remaja – Jakarta 2006.
  5. ^ “Dies Emas ITB: Keroncong Merah Putih, Bukan Hanya untuk Orangtua”. Berita Institut TeknologiBandung. Diakses pada 14 Desember 2010.
  6. ^ (Indonesia) Kompas, “Bengawan Solo” dalam Musik Tradisional China” <http://nasional.kompas.com/read/2008/12/13/01194152/quotbengawan.soloquot.da

Alat Musik Gamelan Jawa


Ingin tahu nama-nama alat musik dalam Gamelan Jawa:
1. Kendhang:
Terbuat dari kulit hewan (Sapi atau kambing)
Kendhang berfungsi utama untuk mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih.
Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi.
Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung.  Untuk bermain kendhang, dibutuhkan orang yang sangat mendalami budaya Jawa, dan dimainkan dengan perasaan naluri si pemain, tentu saja dengan aturan-aturan yang ada.

2. Demung, Saron, Peking
Alat ini  berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf ) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.
Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu.
Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saran:
- demung (Paling besar),
- saron (Sedang) dan,
- peking(Paling kecil).
DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah.
Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi.
Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai dua saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron.
PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.

3. Gong dan Kempul
Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan.
Ada dua macam gong:
- gong ageng (besar) dan
- gong suwukan atau gong siyem yang berukuran sedang.
.
Gong gantung berukuran kecil. Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing.
Dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya.




4. Bonang
Bonang dibagi menjadi dua jenis, yaitu bonang barung dan bonang panerus. Perbedaannya pada besar dan kecilnya saja, dan juga pada cara memainkan iramanya.
Bonang barung berukuran besar, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam ansambel.
Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu instrumen-instrumen lainnya.
Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing dan menuntun alur lagu gendhing.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
Bonang panerus adalah bonang  yang kecil, beroktaf tinggi.
Pada teknik tabuhan pipilan, irama bonang panerus memiliki kecepatan dalam bermain dua kali lipat dari pada bonang barung. Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya.
Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.

5. Slenthem
Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender; malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron;
Slenthem beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. Seperti demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.

6. Kethuk dan Kenong
Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang paling penting setelah gong.
Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat kenong.
Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing;
ia bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan;
ia boleh juga mendahului nada balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu gendhing; atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa pathet.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut.
Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan kenong selalu bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.

7. Gender
Instrumen terdiri dari bilah-bilah metal ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator.
Gender ini dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek.
Sesuai dengan fungsi lagu, wilayah nada, dan ukurannya, ada dua macam gender:
- gender barung dan
- gender panerus.

8.  Gambang
Instrumen dibuat dari bilah – bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator.
Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih.
Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu.
Kebanyakan gambang memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola lagu dengan ketukan ajeg.
Gambang juga dapat memainkan beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme – ritme sinkopasi.

9. Rebab
Instrumen kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.
Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih.
Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan.
Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.
Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

10. Siter
Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.

11. Suling
Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagai pangrengga lagu adalah suling. Instrumen ini terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada atau laras. Pada salah satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup. Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu bentuk suling yang berlaras Slendro memiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan yang berlaras Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog dan Slendro. Untuk suling laras Slendro dalam karawitan Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan laras ro (2).

Kolintang


Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. Kolintang terbuat dari bahan dasar kayu, seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar). Bila dipukul kolintang dapat mengeluarkan bunyi yang rentang suara yang panjang, dapat mencapai nada-nada tinggi (high pitch note) maupun rendah (low pitch note).


Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari satu melodi dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat string seperti gitar, ukulele dan stringbass. Pasca perang dunia II barulah kolintang mulai berkembang ke arah alat musik universal, dipelopori oleh Nelwan Katuuk. Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s/d C. Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan. Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch penuh .